Jakarta, 21 April 2025 – Fenomena manipulasi dalam hubungan makin sulit dikenali. Bentuknya tidak selalu kasar atau dominan. Sebaliknya, strategi halus dan konsisten justru lebih berbahaya.
Dr. Santi Yuliani, seorang psikiater, menyebut metode ini sebagai “Ani-Ani Cinta”. Istilah ini diambil dari alat tradisional untuk memanen padi secara perlahan. Meski lembut, sayatannya bisa menguras seluruh hasil panen. Begitu pula cara kerja manipulasi emosional dalam hubungan asmara.
- Pura-Pura Lemah untuk Menarik Perhatian
Metode pertama adalah berpura-pura tidak mampu. Contohnya, meminta bantuan kecil yang hanya bisa dilakukan oleh pria tersebut. Hal ini menciptakan perasaan dibutuhkan dan dihargai, terutama bagi pria yang merasa kurang mendapat tempat di rumah.
- Menjadi Tempat Curhat dan Pelarian Emosional
Strategi kedua adalah menjadi pendengar yang sangat empatik. Dengan mendengar dan memberi perhatian penuh, pelaku menciptakan ruang aman. Lambat laun, pria akan merasa nyaman dan mulai bergantung secara emosional.
- Memberi Perhatian Kecil Secara Konsisten
Perhatian rutin seperti membawakan kopi, mengirim pesan singkat, atau memberi komentar manis bisa membentuk ikatan. Perhatian ini terkesan tulus, tapi sebenarnya terencana.
“Ini seperti suplai perhatian yang membuat target ketagihan,” kata Dr. Santi.
- Tampil Menarik di Saat yang Tepat
Tidak semua penampilan memikat terjadi kebetulan. Dalam banyak kasus, pelaku sengaja berdandan maksimal saat tahu target akan hadir. Tujuannya jelas: menciptakan kesan memikat yang sulit dilupakan.
- Berpura-Pura Tidak Tahu Status Pasangan
Banyak juga yang memakai trik “nggak tahu” status pria. Padahal sebelumnya mereka sudah melakukan riset. Ini cara untuk tetap tampil polos sambil membuka peluang.
- Membandingkan Diri dengan Istri Sah
Strategi terakhir adalah merendahkan istri sah secara halus. Pelaku akan menonjolkan kelebihan dirinya sendiri, sehingga menciptakan distorsi pikiran. Pria kemudian merasa bahwa ia layak mendapat pasangan yang “lebih baik”.
Kenali Tanda-Tandanya, Jangan Terjebak
Menurut Dr. Santi, hubungan yang sehat dibangun atas kejujuran dan rasa hormat. Jika sebuah hubungan terasa terlalu manis dan sempurna, bisa jadi ada manipulasi di baliknya.
“Hubungan yang baik bukan tentang siapa yang paling memikat, tapi siapa yang paling tulus,” ujarnya.
Ia mengajak publik, khususnya pria, untuk lebih waspada terhadap strategi manipulatif yang merugikan secara emosional dan finansial.
(spy)
