Kekecewaan Publik Menggema: Megawati, Bintang Voli yang Terpinggirkan di Proliga, Meski Timnya Lolos Grand Final
Infokotaonline.com, Semarang, 27 April 2025 -Pertandingan seru di hari kedua final four Proliga 2025 telah berakhir di GOR Jatidiri, Semarang pada Sabtu (26/4/2025) malam WIB.Kehebohan seputar Proliga 2025 tak hanya diwarnai sorak sorai kemenangan dan pertarungan sengit di lapangan.
Di balik gemerlapnya pertandingan, terselip kisah pahit Megawati Hangestri, pemain voli andalan Petrokimia Pupuk Indonesia, yang keberadaannya seakan terpinggirkan di tengah hiruk pikuk kompetisi.
Kekecewaan publik pun meledak di media sosial, mengecam minimnya kesempatan bermain yang diberikan kepada atlet berbakat tersebut, meskipun timnya, Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia, berhasil lolos ke babak grand final.
Pelatih Tim Voli Petrokimia Gresik Juga Khawatir
Ironisnya, lolosnya Petrokimia ke grand final justru terjadi setelah kekalahan telak dari Jakarta Popsivo Polwan dengan skor 3-1 (25-23, 25-14, 17-25, 25-14) pada final four di GOR Jatidiri, Semarang.
Pertandingan ini semakin memperkuat narasi yang beredar di media sosial, mengingat Megawati belum diperkuat dalam pertandingan tersebut.
Berbagai komentar di media sosial melukiskan gambaran suram di balik hingar bingar Proliga.
Seorang pengguna, Oslo, mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam saat menyaksikan Megawati hanya duduk menikmati cemilan di tengah teriknya stadion, sementara penonton setia berpanas-panasan mendukung tim kesayangannya.
Sentimen ini diperkuat oleh Faisal Najib yang mempertanyakan logika di balik pengeluaran dana fantastis sebesar 2,5 miliar rupiah untuk Megawati, sementara kontribusinya di lapangan nyaris tak terlihat.

Ia menilai hal ini sebagai cerminan buruk dari mentalitas sebagian orang Indonesia yang cenderung tidak jujur.
Kekecewaan tak hanya datang dari penonton. Henky Hendradi, seorang penggemar yang rela merogoh kocek untuk berlangganan video Proliga, menyesali pilihannya setelah menyadari Megawati jarang ditampilkan.
Ia lebih baik menggunakan uang tersebut untuk membeli kebutuhan pokok keluarga.
Sementara itu, Bambang Triyanto, dengan nada yang lebih prihatin, menyoroti nasib Megawati yang terkesan hanya dimanfaatkan untuk menaikkan pamor klub dan Proliga itu sendiri, tanpa mempertimbangkan aspirasi penggemar yang sangat mendambakan penampilannya.
Komentar Bisri Adi memberikan sudut pandang yang berbeda, dengan menekankan popularitas Megawati di kancah internasional yang membawa harum nama Indonesia.
Namun, argumen ini tak mampu meredam gelombang kekecewaan yang meluas di media sosial. Justru, hal tersebut seolah memperparah situasi, karena mempertegas adanya ketidakadilan kesempatan bermain bagi Megawati di liga domestik.
Meskipun Petrokimia, berada di peringkat ketiga dengan 5 poin dan masih memiliki peluang untuk lolos ke grand final di Yogyakarta (10-11 Mei 2025) dengan memenangkan dua laga tersisa melawan Pertamina dan Electric PLN, pelatih Jeff Jiang pun mengakui kekhawatirannya dan berharap Megawati dapat memberikan kontribusi di pertandingan selanjutnya.
Namun, janji tersebut tak cukup meredam gelombang kekecewaan publik yang telah terlanjur menggema di media sosial, membayangi pencapaian tim menuju grand final.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang pengelolaan olahraga di Indonesia dan perlunya transparansi serta keadilan dalam memberikan kesempatan bagi setiap atlet berbakat, terlepas dari popularitas atau kepentingan finansial yang mungkin terlibat.
Drc


Jurnalis juga seorang Konsultan Pertanian.