Infokotaonline.com
Jakarta – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan, perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui riset, inovasi, dan kualitas sumber daya manusianya. Bahkan, kontribusi universitas dapat mencapai angka kuadriliunan rupiah jika dikelola secara serius.
Dalam paparannya pada Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Sabtu (23/8/2025), Stella mencontohkan pengalaman sejumlah negara maju. Di Amerika Serikat, peran perguruan tinggi terhadap perekonomian nasional sangat signifikan, bahkan menyumbang hingga 18 persen dari total ekonomi per tahun.
“Poin saya sederhana, universitas memacu pertumbuhan ekonomi secara riil,” kata Stella.
Ia menyoroti Stanford University yang melalui riset, inovasi, dan alumninya, tercatat menyumbang US$ 2,7 triliun atau Rp 44 kuadriliun bagi ekonomi AS. Dampak tersebut juga menghasilkan 5,4 juta lapangan kerja serta melahirkan lebih dari 40.000 perusahaan baru.
Data yang ia sebutkan memang berasal dari tahun 2012, namun kontribusi nyata kampus tersebut diyakini sudah jauh lebih besar saat ini.
Tak hanya Stanford, Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga mencatat kontribusi yang luar biasa besar. Lulusan dan hasil riset MIT menyumbang sekitar US$ 2 triliun atau Rp 32 kuadriliun per tahun, sekaligus menciptakan 4,6 juta pekerjaan serta lebih dari 30.000 perusahaan.
Sementara itu, University of Kansas juga memberi dampak besar terhadap ekonomi Amerika Serikat. Universitas ini menyumbang US$ 7,8 miliar atau Rp 127 triliun per tahun dan mendukung terciptanya 88.000 lapangan kerja.
“Angka-angka ini luar biasa. Jika seluruh universitas di Amerika digabungkan, maka kontribusi mereka terhadap perekonomian negara akan semakin tak terbayangkan besarnya,” ujar Stella.
Di Asia, Stella mencontohkan China yang mampu mengoptimalkan peran universitas dalam ekosistem inovasi. Klaster teknologi dan riset di Negeri Tirai Bambu menyumbang 13,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), meski hanya menggunakan 2,5 persen lahan konstruksi nasional.
Meski belum menyampaikan angka pasti untuk Indonesia, Stella menilai potensi perguruan tinggi dalam negeri tak kalah besar. Selama 10 bulan masa jabatannya, ia mengaku sudah berkeliling ke 34 universitas di 17 provinsi. Dari kunjungan tersebut, ia melihat banyak peluang riset lokal yang bisa dikembangkan untuk mendorong perekonomian daerah sekaligus meningkatkan daya saing nasional.
“Itulah keindahan dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset. Indonesia kaya, bukan hanya soal alam, tapi juga tentang orang-orangnya yang mampu berpikir, mengolah, dan menciptakan. Kita punya semua itu, hanya perlu membangun ekosistem yang mendukung,” ungkapnya.
Menurut Stella, dengan penguatan riset, inovasi, serta dukungan ekosistem yang solid, universitas di Indonesia berpeluang besar meniru capaian perguruan tinggi kelas dunia. Jika dikelola optimal, kontribusi kampus bisa menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional hingga mencapai nilai kuadriliunan rupiah.
(csw)
