Tirto, Pekalongan, 13/4/2025 – Dalam upaya menjaga tradisi organisasi dan mempererat tali silaturahmi lintas generasi, Pengurus Harian Satkoryon Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, menggelar kunjungan silaturahmi ke delapan tokoh senior dan Dewan Penasihat Banser. Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk merawat nilai-nilai keorganisasian serta menyerap inspirasi dari para sesepuh yang menjadi tonggak sejarah perjalanan Banser Tirto.
Kegiatan yang rutin digelar setiap bulan Syawal ini terasa lebih bermakna pada tahun ini karena turut menghadirkan sesepuh yang turut membidani lahirnya organisasi di tingkat kecamatan. Kepala Satkoryon Banser Tirto, M. Ion Mardiono, menegaskan bahwa silaturahmi ini bukan sekadar rutinitas, tetapi momentum penyambung nilai spiritual dan moral dalam perjuangan organisasi.
“Ini bukan sekadar temu kangen. Kita belajar dari pengalaman mereka. Dari sini kita dapat semangat baru untuk terus berkhidmah kepada umat, bangsa, dan negara,” ungkap Ion Mardiono.
Salah satu tokoh yang dikunjungi adalah Fathurrohman dari Desa Pucung. Ia menyambut hangat rombongan Banser muda dan mengungkapkan rasa haru atas perhatian generasi penerus.
“Lihat Banser datang, rasanya semangat lama saya bangkit kembali. Jiwa Banser itu tidak pernah mati,” ujarnya penuh emosi, sembari mengenang masa-masa mengawal para kiai dalam berbagai acara keagamaan.
Tak hanya itu, Husen Satria, Kasatkoryon Banser Tirto periode 1995–1998, juga memberikan apresiasi atas kegiatan tersebut. Ia berharap agar tradisi melibatkan para senior dalam forum-forum Banser terus ditingkatkan.
“Hubungan antar generasi penting agar kesinambungan perjuangan tetap hidup,” kata Husen.
Silaturahmi ini juga menjadi wadah pelestarian sejarah Banser di Tirto. Wasjari, tokoh masyarakat Desa Curug dan salah satu pendiri GP Ansor Tirto, menceritakan awal mula pembentukan organisasi tersebut pada 1995. Bersama dua tokoh muda lainnya, Muza’i dan Mustofa Qomari, ia mendirikan PAC GP Ansor pertama, dengan Husen Satria sebagai Kasatkoryon perdana.
“Kami menyebutnya mencari ‘Mutiara yang Hilang’. Artinya, mencari kader-kader muda NU yang belum tergarap dan belum terorganisir,” ungkap Wasjari.
Ia juga mengingatkan pentingnya kedisiplinan dan akhlak dalam tugas Banser. “Banser itu bukan hanya seragam. Tapi adab, tanggung jawab, dan sikap ketika mengemban amanah,” tegasnya.
Selama dua hari pelaksanaan, rombongan Banser Tirto menyambangi delapan tokoh senior, yakni Edi Susanto (Tanjung), Radliyan (Pacar), Muntaha (Sambirejo), Fathurrohman (Pucung), Husen Satria (Jeruksari), Aproji (Ngaliyan), Wasjari (Curug), dan Sobirin Sulma (Sidorejo).
Silaturahmi ini menjadi bukti nyata komitmen Banser Tirto dalam menjaga hubungan emosional dan spiritual antar generasi. Tak hanya sebagai ajang nostalgia, tetapi juga penegasan arah perjuangan organisasi agar tetap relevan, membumi, dan memberi manfaat luas bagi masyarakat.
(abdul)
