Infokota Online, Semarang, 13 April 2025 – Sopran Kenedi, Kepala Kantor Wilayah Bulog Jawa Tengah, menyampaikan tanggapan atas kritik yang dilayangkan oleh Handono Warih, konsultan pertanian dari Deruci Agrikultur.
Berdasarkan informasi yang ada, Sopran Kenedi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penyerapan gabah dan beras petani lokal di Jawa Tengah.
Berikut beberapa poin penting dari tanggapannya :
Target Penyerapan: Bulog Jawa Tengah menargetkan penyerapan gabah dan beras petani sebesar 532.000 ton di tahun 2025, naik 400% dibandingkan tahun 2024.
Kerja Sama: Bulog Jawa Tengah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Jawa Tengah, Kodam IV/Diponegoro, dan Perpadi untuk mempercepat penyerapan gabah dan beras petani.
Harga Pembelian: Bulog siap menyerap gabah seharga Rp6.500/kg dan beras Rp12.000/kg.
Stok Beras: Stok Cadangan Beras Pemerintah (Beras PSO) yang dikelola BULOG Kanwil Jateng sebanyak 170.000 ton dimana dengan asumsi penyaluran rutin 40.000 ton per bulan, maka ketahanan stok bisa untuk 4-5 bulan ke depan (sampai bulan Agustus 2025) dan pihak Bulog berencana akan menyewa gudang baru untuk meningkatkan kapasitas penyerapan.
Potensi Bencana: Sopran Kenedi mewaspadai potensi bencana banjir di area persawahan beberapa wilayah yang akan segera panen dan mengharapkan pendampingan dari Pemprov Jateng, TNI, dan Perpadi.
Dengan demikian, Sopran Kenedi menunjukkan keseriusan Bulog Jawa Tengah dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Jawa Tengah.
Berikut penjelasan lengkap Sopran Kenedy kepada redaksi kami :
“Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada Pak Handono atas informasi yang disampaikan.”Ujarnya.
Menurutnya ada beberapa hal yang menjadi catatan penting yang juga akan lebih tepat jika bisa direkomendasikan kepada Pemerintah, untuk kelengkapan serta kecukupan penyediaan peralatan infrastruktur pasca panen baik Combine Harvester Machine maupun sarana pergudangan, terkait beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Kondisi ini sudah menjadi kondisi klasik yang belum terpecahkan solusinya selama ini.
2. Dimana sudah diketahui secara umum, berpuluh-puluh tahun selama ini pada saat panen raya bertahun-tahun sudah pasti cenderung bertepatan dengan musim hujan.
3. Kekurangan dryer menjadi kondisi yang belum mendapatkan perhatian penuh.
4. Bulog baru tahun ini melaksanakan penugasan langsung penyerapan gabah kering panen.
5. Dengan fokus penyerapan dalam rangka penyediaan Cadangan Pangan Beras Pemerintah dalam waktu yang lama sepanjang tahun, maka selama ini penyerapan dilakukan Bulog dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) dan Beras, karena dapat disimpan dalam waktu lama untuk cadangan stok.
6. Selama ini penyediaan stok beras juga berjalan beriringan dengan kegiatan distribusi beras oleh Pemerintah, sehingga bisa menjamin membantu ketersediaan ruang gudang, penyerapan gabah/beras yang berkesinambungan, stok bergulir, dan juga menjaga tidak terlalu banyaknya biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk perawatan dan pemeliharaan stok selama disimpan Bulog.
7. Saat ini kebijakan melalui Badan Pangan Nasional selaku regulator bahwa penyaluran Beras Bantuan Pangan kepada masyarakat @ 10 Kg/bulan/Rumah Tangga yang masuk kategori berpendapatan rendah, sementara dihentikan/ditunda penyalurannya dengan berbagai pertimbangan, di antaranya agar tidak merusak harga gabah/beras di tingkat produsen. Sementara sebenarnya masyarakat yang mendapatkan bantuan beras adalah masyarakat berpendapatan rendah yang berada bukan pada daerah sentra produsen padi, kalau pun di daerah sentra produksi padi tapi mereka sebagian besar yang memperoleh bantuan bukan merupakan petani pemilik lahan, tapi petani penggarap, juga merupakan petani non-padi yang terkadang sebagian besar saat panen hasil produksinya sama seperti padi yang harus di bawah harga yang wajar.

8. Hal ini dibahas oleh para praktisi dan pemerhati pertanian, para pakar, ilmuwan/lembaga teknis terkait dan berbagai pemangku kepentingan terkait agar terjadi perbaikan tata kelola serta kebijakan perberasan yang utuh dan komprehensif dari hulu hingga ke hilir, terutama dalam peningkatan produksi yang berjalan beriringan dengan perbaikan tata kelola pengelolaan serta penyimpanan Cadangan Pangan Beras Pemerintah, efektivitas proses berlangsungnya tingkat konsumsi/distribusi beras untuk semua serta kebutuhan pangan beras bagi masyarakat terutama rendah dalam jumlah yang cukup, berkualitas produknya, terjangkau itu, serta stabilitas harga di tingkat produsen maupun konsumen secara beriringan dan tersedia Sepanjang tahun, sehingga ke depan hal ini tidak menjadi suatu kejadian yang berulang dan hanya menjadi polemik tanpa akhir dan solusi berarti saja.
9. Menjaga terciptanya Tata Kelola Perberasan yang baik merupakan tanggung jawab semua pihak untuk menciptakannya dari mulai sisi hulu, pengelolaan persediaan hingga sisi hilir di konsumen sehingga bisa tercipta stabilitas harga mulai dari tingkat produsen di mana petani bisa mendapatkan harga pembelian padi/gabah yang wajar dan dapat menambah pendapatannya sehingga tetap termotivasi untuk berproduksi, dan juga di sisi lain stok tersedia cukup sepanjang tahun, serta konsumen mendapatkan beras dalam jumlah yang cukup, harga stabil dan terjangkau, serta tersedia setiap saat.
10. Ke depan perlu dilibatkan peran koperasi di tingkat desa untuk lebih diberikan peran aktif dalam penyediaan serta pengelolaan sarana produksi (pupuk, bibit, sarana pemberantasan hama dan penyakit tanaman, dll) maupun infrastruktur pasca (Combine Harvester Machine, revitalisasi RMU/penggilingan padi kecil, sarana pergudangan, sistem Resi Gudang, dll) serta pengelolaan di sisi hilir dalam membantu proses produksi maupun distribusi komoditi pangan lainnya.
“Barangkali demikian pemikiran dan tanggapan pribadi saya ya Pak Handono. Semoga tata kelola perberasan dan bahan pangan Indonesia semakin digdaya dan berkeadilan bagi semua pihak.” Ungkapnya menjawab pernyataan dari konsultan pertanian.
har
