Petani Mengeluh, Bupati Bone Desak Bulog Segera Serap Gabah: “Jangan Lagi Alasan Gudang Penuh!”

Bone, Sulsel – Para petani di Desa Massenreng Pulu, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengeluhkan lambannya penyerapan gabah oleh Perum Bulog. Keluhan tersebut langsung mendapat tanggapan tegas dari Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman, yang meminta Bulog segera bertindak.

“Saya tidak ingin lagi dengar alasan gudang penuh atau kendaraan tidak ada. Petani sudah menunggu, gabah harus segera diangkut,” tegas Bupati Bone saat ditemui usai kunjungan tanam perdana di Dusun Maccope, Sabtu (12/4/2025).

Dalam kunjungan tersebut, Bupati Andi Asman menerima langsung aspirasi dari petani yang merasa kesulitan karena gabah hasil panen mereka belum juga diambil oleh Bulog. Menurutnya, keterlambatan seperti ini tidak hanya merugikan petani, tetapi juga mencederai amanah pemerintah pusat yang menekankan pentingnya perlindungan terhadap petani.

“Kalau masyarakat disiksa, Pak Menteri juga disiksa, Pak Bupati ikut tersiksa. Ini adalah amanah dari Bapak Presiden. Saya sudah sampaikan, Bulog harus buat tanda terima dan langsung bayar ke petani,” lanjutnya.

Andi Asman meminta agar Bulog mengeluarkan surat pernyataan resmi sebagai bukti bahwa gabah para petani benar-benar akan diserap. Ia juga menekankan pentingnya transparansi dan kejelasan dalam proses pembelian gabah.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Cabang Bulog Bone, Maysius Patintingan, memastikan bahwa gabah para petani tetap akan diambil sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Namun, ia mengakui adanya kendala teknis yang membuat proses penyerapan mengalami hambatan.

“Pabrik sekarang sedang penuh, jadi penyerapan dilakukan secara bergiliran. Tim kami sudah turun ke lapangan, tetapi kemarin tidak menemukan gabah kering panen yang siap dibeli. Kemungkinan ada miskomunikasi,” jelas Maysius.

Ia juga menambahkan bahwa Bulog memiliki dua skema dalam penyerapan gabah, yaitu melalui tim jemput gabah dan mitra pangan pengadaan (MPP). Seluruh proses dilakukan sesuai standar operasional, dengan sistem pembayaran cash and carry atau transfer langsung ke rekening petani.

“Kami tidak mengenal sistem uang muka atau ijon. Semua sesuai prinsip Good Corporate Governance. Kami juga diminta selalu menjaga akuntabilitas dalam setiap tahapan,” tambahnya.

Meski begitu, harapan besar tetap disandarkan pada Bulog agar tidak hanya sekadar menjanjikan, tetapi benar-benar hadir sebagai penjamin stabilitas harga dan kepastian pasar bagi petani. Pasalnya, kegagalan serapan akan berdampak langsung pada ekonomi petani, terlebih di musim panen seperti saat ini.

(wrh)

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *