Infokotaonline.com, Seram Utara Timur Kobi, Maluku Tengah, 24 April 2025 – Petani di Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah, mengeluhkan kebijakan Perum Bulog Kobi yang masih menyerap gabah melalui tengkulak.
Mereka merasa dirugikan karena harga gabah kerap dimainkan dan tak sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Purwanto, seorang petani dari Desa Loping Mulyo, mengungkapkan kekesalannya, “Bulog seharusnya beli langsung dari petani, bukan lewat tengkulak. Kalau pakai perantara, harga gabah pasti dimonopoli dan petani yang jadi korban,” ungkapnya kepada wartawan, Selasa, 22 April 2025.
Purwanto berpendapat bahwa pembelian langsung oleh Bulog akan memangkas rantai distribusi, menstabilkan harga gabah di tingkat petani, dan mencegah permainan harga oleh para pengepul.
Ia juga menyoroti belum tersedianya fasilitas penggilingan padi (rice milling unit) di Kompleks Pergudangan Bulog Kobi.
Hal ini memaksa Bulog bergantung pada fasilitas milik tengkulak, yang semakin memperkuat posisi para tengkulak dalam rantai distribusi.
“Kalau Bulog punya penggilingan sendiri, tidak perlu lagi bergantung pada pengusaha,” ujar Purwanto.
Kepala Bulog Kobi, Akbar Rafsanjani Laisuow, membenarkan bahwa pihaknya masih menyerap gabah melalui tengkulak karena belum memiliki mesin penggiling padi sendiri.
“Iya, mesin penggilingan padi memang belum ada. Kami masih ambil gabah melalui tengkulak,” ujar Akbar singkat saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp.
Petani berharap pemerintah melalui Bulog segera membenahi sistem penyerapan gabah agar lebih berpihak pada petani.
Mereka mendesak agar rantai distribusi diperpendek dan fasilitas penggilingan mandiri disediakan.
Stabilisasi harga pangan tidak hanya menguntungkan pengusaha, tetapi juga harus menyejahterakan petani sebagai produsen utama.
Drc

Jurnalis juga seorang Konsultan Pertanian.