Pekalongan β Tokoh nasional Prof Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, atau Din Syamsuddin, menyampaikan gagasan penting tentang masa depan bangsa. Menurutnya, persatuan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mampu menyelesaikan lebih dari separuh persoalan Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan saat mengisi tausiyah pada Silaturahmi Warga Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Pekalongan, di IMBS Miftahul Ulum, Pekajangan, Sabtu (26/4/2025).
“Obsesi besar saya adalah melihat NU dan Muhammadiyah rukun demi kemaslahatan umat. Jika bersatu, lebih dari separuh masalah bangsa bisa selesai,” tegas Prof Din di hadapan ribuan peserta.
Acara ini dihadiri lebih dari 6.000 warga Muhammadiyah dan Aisyiyah. Turut hadir, Ketua PDM Kabupaten Pekalongan Mulyono, Ketua Aisyiyah Rumainur, Rektor UMPP Nur Izah, Mudir IMBS Sumarno, serta Wakil Bupati Pekalongan Sukirman.
Dalam tausiyahnya, Prof Din mengutip pandangan cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid atau Cak Nur. Ia menyebut NU dan Muhammadiyah bagaikan dua pesawat Boeing yang harus seimbang.
“Jika kedua sayap itu berbenturan, maka malapetaka yang akan terjadi,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan pandangan KH Hasyim Muzadi. NU dan Muhammadiyah dianalogikan seperti sepasang sandal yang harus digunakan bersama.
“Kalau hanya satu sandal, tentu tidak bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Prof Din Syamsuddin memaparkan tiga alasan utama pentingnya persatuan NU dan Muhammadiyah. Pertama, Kedua organisasi ini memiliki jutaan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Kedua, Baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi, kontribusi keduanya sangat nyata dalam pembangunan bangsa. Dan ketiga, NU dan Muhammadiyah telah berdiri sebelum Indonesia merdeka, serta melahirkan banyak tokoh dan pahlawan bangsa.
Oleh karena itu, menurut Prof Din, sinergi harus segera diwujudkan. Jika belum secara nasional, dapat dimulai dari daerah seperti di Pekalongan.
Prof Din menyoroti potensi besar di Pekajangan dan Buaran, dua daerah di Pekalongan.
“Pekajangan dikenal kuat dalam ekonomi warga Muhammadiyah, sedangkan Buaran dari NU. Ini bisa menjadi model kebangkitan ekonomi umat,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa pandangannya ini lahir dari perjalanan hidupnya sendiri. Sejak kecil tumbuh di lingkungan NU, kemudian aktif di Muhammadiyah saat dewasa.
“Inilah obsesi saya, demi kemajuan umat dan bangsa Indonesia,” tandasnya.
(war)