Pemerhati Lingkungan : Tambang dan Kemunduran Bangsa Kita

Infokotaonline.com, Opini, Magelang, Jateng, 1 Mei 2025 –

Pendahuluan: Realita Pertambangan yang Memprihatinkan

Melihat aktivitas pertambangan sehari-hari, dari gunung hingga laut, terkesan biasa saja. Ekstraksi minyak bumi, mineral, batu bara, emas, tembaga, bauksit, pasir, dan kerikil menjadi pemandangan umum. Namun, pandangan ini perlu diubah. Ambil contoh Gunung Merapi, ratusan bahkan ribuan truk mengangkut material gunung setiap harinya, “menyakiti” gunung tersebut dan merampas hak hidup flora dan fauna yang mendiami kawasan tersebut. Gunung Merapi, seharusnya Taman Nasional, telah berubah menjadi “Tambang Nasional Gunung Merapi”.

Pengalaman Pribadi: Desa yang Dijajah

Awalnya acuh tak acuh, namun setelah mengalami dampak langsung pertambangan, saya menyadari keparahannya. Desa kami “dijajah” oleh PT. Tambang Asing. Aset dan kekayaan kampung kami diambil, dan kami hanya menjadi penonton yang diiming-imingi pekerjaan sebagai buruh. Strategi adu domba yang dilakukan perusahaan semakin memperparah keadaan, membuat kami para aktivis lokal kesulitan melawan. Kami merasa terluka, terpecah, dan tertinggal. Namun, kami tidak menyerah, dan yakin setiap usaha akan berguna.

Sistem yang Lemah dan Berpihak

Perjuangan kami untuk mendapatkan pendampingan dari DLH hanya menghasilkan solusi audiensi ke Gubernur atau Bupati. Lembaga-lembaga seperti Balai Besar Wilayah Sungai yang mengeluarkan izin tambang terlihat tidak berfungsi sebagai penjaga sungai atau pencegah pertambangan. Perlindungan lingkungan di negeri ini masih sangat lemah. Cagar alam lebih berfungsi melindungi kepentingan para penambang daripada flora dan fauna. Aktivitas seperti menggunakan drone atau mendaki gunung pun dibatasi, demi melindungi “bisnis gelap” pertambangan.

Moralitas dan Erosi Bangsa

Kami menguatkan aqidah kami, memohon pertolongan Tuhan atas kerusakan alam yang terjadi. Moralitas para penambang yang kurang bersyukur atas karunia Tuhan sangat memprihatinkan. Mereka hanya melihat keuntungan ekonomi semata, tanpa memikirkan dampaknya pada kehidupan manusia dan alam. Eksploitasi sumber daya alam telah menghisap energi kehidupan, menyebabkan perekonomian dan peluang hidup semakin sulit bagi masyarakat luas.

Kerusakan alam hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar. Bangsa kita telah mengalami erosi sosial, moral, dan ekologi. Pemimpin yang paradoksal, dengan program-program baik di depan publik namun terlibat dalam bisnis pertambangan di belakang layar, semakin memperparah keadaan. Keterlibatan ormas keagamaan dalam bisnis ini semakin mempertanyakan nilai-nilai moral bangsa. Kapitalisme yang tidak berkelanjutan hanya akan menyedot energi alam ke kantong pribadi.

Budaya menambang yang ditransfer secara “top-down” telah menciptakan nilai dan pendidikan yang tidak tepat. Eksploitasi sumber daya alam, warisan kolonialisme, kini dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Kurangnya inovasi dan kreativitas menyebabkan ketergantungan pada cara instan untuk mendapatkan penghasilan. Bangsa ini seakan berjalan mundur, dengan kolonialisme dan oligarki masih berkuasa.

Perbandingan dengan Negara Maju

Negara-negara maju membeli tanah dari kita untuk dipindah ke negara mereka, namun mereka menjaga ekosistem sungai dan memperbagus tanah. Di Indonesia, tanah dan pasir dijual murah, menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap sumber daya alam. Kecepatan pertambangan yang tinggi mencegah anak cucu kita menikmati keindahan alam.

Seruan untuk Perubahan

Marihentikan bisnis tambang gelap ini. Mari kita belajar ekspor produk kreatif dan inovatif. Berhentilah mengeruk, menguliti, dan memutilasi bumi. Lakukan reklamasi dan reboisasi. Mari kita mulai ekosistem baru bangsa ini dan sejarah baru. Menambang bumi sama dengan menggali kuburan kita sendiri.

Solusi Jitu: Energi Terbarukan

Solusi jitu adalah energi alternatif terbarukan. Manfaatkan sampah untuk bahan bangunan, legalkan energi terbarukan seperti suryacell meskipun tidak menguntungkan korporasi. Olah sampah plastik jadi bahan bakar. Allah telah menyediakan banyak cara. Mari kita mulai berpikir positif dan menyelamatkan alam.

~Muhammad Ainul Yaqin.
(Sang Khalifatullah fil’ardi)

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *