Produksi Telur dan Ayam Nasional Surplus, Bapanas Dorong Hilirisasi dan Ekspor

Jakarta — Indonesia mencatatkan capaian surplus dalam produksi telur dan daging ayam nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil produksi unggas dalam negeri telah mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan pentingnya keberhasilan ini ditindaklanjuti dengan penguatan hilirisasi. Upaya tersebut bertujuan menjaga stabilitas harga dan memperluas serapan hasil produksi. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menegaskan bahwa kelebihan pasokan perlu dikelola dengan bijak agar tidak berdampak negatif terhadap peternak.

Ia menyampaikan hal ini dalam acara peluncuran Nusantara Livestock & Poultry Expo 2025 di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025. Ketut menyebut swasembada perunggasan merupakan hasil kerja keras banyak pihak, terutama Kementerian Pertanian dan peternak lokal.

Bapanas, menurut Ketut, sedang menyiapkan ekosistem pascapanen agar distribusi hasil ternak menjadi lebih efisien. Salah satu strategi yang sedang dijalankan adalah membuka peluang ekspor telur. Di sisi lain, program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) juga menjadi jalur distribusi yang menjanjikan.

Mulai 9 Mei 2025, kerja sama pengiriman pasokan telur dan daging ayam dari PINSAR Petelur Nasional dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tangerang akan dimulai. Ketut berharap skema ini memperluas manfaat ekonomi bagi peternak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi telur ayam ras pada 2024 sebesar 6,34 juta ton. Tahun 2025, angka ini diperkirakan naik 2,78 persen menjadi 6,52 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi nasional berada pada kisaran 6,22 juta ton.

Untuk daging ayam ras, produksi tahun 2024 mencapai 3,83 juta ton. Proyeksi tahun 2025 menunjukkan kenaikan 10,95 persen menjadi 4,25 juta ton. Angka ini juga melebihi kebutuhan konsumsi yang berada di 3,87 juta ton.

Kendati surplus, stabilitas harga di tingkat peternak masih menjadi tantangan. Ketut menyebut pentingnya kolaborasi antara peternak, pelaku usaha, dan pemerintah dalam menjaga keseimbangan pasar.

Rata-rata indeks harga yang diterima peternak unggas selama Januari hingga April 2025 tercatat 120,82 poin. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 120,01 poin. Data ini menunjukkan adanya tren positif, meskipun fluktuasi harga tetap perlu diwaspadai.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menambahkan bahwa pemerintah akan terus mendukung kestabilan harga. Ia menyebut harga ayam dan telur sempat anjlok, tetapi kini perlahan mulai membaik.

Menurut Agung, kondisi saat ini belum ideal namun sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Ia menilai perbaikan ini sebagai bukti kerja keras semua pihak dalam menjaga ekosistem perunggasan nasional.

Nusantara Livestock & Poultry Expo 2025 yang akan digelar November mendatang diharapkan menjadi ajang kolaborasi dan inovasi. Bapanas mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengatasi tantangan dan memperkuat sektor perunggasan ke depan.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *