Jateng Perluas Produksi Beras Rendah Karbon, Gandeng Uni Eropa Dukung Ketahanan Pangan

Infokotaonline.com, Surakarta – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan meningkatkan kerja sama strategis dengan Uni Eropa dalam pengembangan produksi beras rendah karbon (low carbon rice). Upaya ini menjadi langkah konkret daerah dalam menjawab tantangan perubahan iklim global sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyampaikan komitmen tersebut saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, bersama delegasi dari 12 negara Uni Eropa, di Aula Tawangarum, Balai Kota Surakarta, Senin (30/6/2025).

β€œPertemuan hari ini adalah kelanjutan dari hubungan yang telah terjalin sebelumnya. Fokus utama kami adalah mendukung swasembada pangan melalui implementasi beras rendah karbon,” tegas Luthfi.

Jawa Tengah tercatat memiliki luas tanam padi sekitar 1,5 juta hektare pada 2024 dengan produksi mencapai 8,8 juta ton gabah kering giling. Jumlah itu menyumbang 16,73 persen dari stok pangan nasional. Pada 2025, provinsi ini menargetkan produksi hingga 11,8 juta ton.

Program beras rendah karbon di Jateng telah berjalan sejak 2022 melalui kerja sama dengan SWITCH-Asia Low Carbon Rice. Program ini menjangkau petani di Boyolali, Klaten, dan Sragen dengan pendekatan menyeluruh: menghubungkan petani ke penggilingan padi skala kecil dan membuka akses langsung ke pasar seperti hotel dan restoran.

Contoh keberhasilan terlihat di Klaten, di mana 100 hektare sawah menghasilkan 600 ton gabah dengan emisi karbon turun hingga 80 persen. Selain itu, biaya penggilingan berkurang 30–40 persen dan kualitas panen meningkat signifikan.

Transisi ke pertanian berkelanjutan juga digencarkan, termasuk mengganti mesin penggilingan bertenaga solar ke mesin listrik, mengurangi penggunaan pupuk kimia, serta mengoptimalkan irigasi. Namun, Pemprov Jateng menargetkan penggunaan energi yang lebih bersih ke depan.

β€œKami akan mencoba 1–2 mesin penggilingan berbasis tenaga surya sebagai pilot project, sesuai arahan Gubernur untuk menggunakan energi non-fosil,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Dyah Lukisari.

Pendanaan konversi mesin penggilingan sebagian besar melibatkan dana CSR, termasuk dari Bank Indonesia. Sebanyak enam titik intervensi baru telah disiapkan di Demak, Jepara, Kudus, Kota Semarang, dan Kabupaten Semarang, dengan nilai investasi sekitar Rp1,8 miliar.

Sementara itu, Dubes Uni Eropa Denis Chaibi menyatakan kekagumannya atas praktik ketahanan pangan di Jateng. Ia menilai pengalaman petani lokal sangat berharga dan layak menjadi pembelajaran bagi negara-negara Eropa.

β€œKami datang untuk belajar langsung dari masyarakat. Jawa Tengah adalah salah satu lumbung pangan terbesar, bukan hanya di Indonesia tetapi juga secara global,” tuturnya.

(war)

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *